Hari ke 3 anak-anak sekolah kembali beraktivitas setelah libur kenaikan kelas. Otomatis mereka kembali konsentrasi dengan pelajaran dan tugas sekolah. Beruntung waktu libur kemarin, aku sempat menghabiskan beberapa hari bersama ponakan. Bermain di pusat perbelanjaan, silaturahmi ke rumah keluarga dan piknik di kebun kerabat. Jika sudah kembali ke rutinitas seperti sekarang ini, baru terasa betapa berartinya libur bersama keluarga. Terlebih bagi kita yang tempat tinggalnya beda kota.
Senyum sumringah mereka masih tergambar jelas di mataku. Begitu juga cerita lucu bahkan tangisnya ketika mereka bertengkar. Dunia anak yang dinamis membuat kita bisa melihat semua peristiwa dalam satu episode. Awalnya main bersama, saling bagi makanan, berikutnya ada yang ngambek bahkan kadang yang sampai nangis. Tapi belum sempat kita menegur, mereka sudah akur lagi. Ya seperti itulah, mereka berbagi rasa dan hal itu boleh jadi merupakan pengikat yang kuat diantara mereka.
Tahun ini, beberapa ponakan pindah sekolah, ke jenjang yang lebih tinggi. Ada yang masuk kuliah, lanjut ke SMA, SMP, ada yang masuk SD, selebihnya masih di sekolah yang sama sebelumnya tapi berada di kelas lain. Alhamdulillah tidaka ada laporan tentang tinggal kelas.
Adalah Esse, salah satu ponakan yang tahun ini masuk SMP. Ponakan yang satu ini membuat sebuah pilihan yang patut kami jempol. Diusianya yang masih belia, dia kukuh untuk melanjutkan sekolah di sebuah rumah Tahfidz, di luar kota. Tentunya hal ini harus kami dukung. Meski hati berat melepasnya, mengingat ia masih kecil di mata kami. Tapi keteguhan hatinya yang nampak di binar matanya sungguh membungkam protes kami. Lagi pula, jika hal ini tidak kami dukung, maka boleh jadi kami menjadi orang tua yang berdosa, menghalangi anak mencari ilmu, mendekat kepada sang Khalik.
Hari MInggu kemarin, Esse memasuki asrama, tentunya diantar oleh keluarga. Aku memantau kejadian tersebut dari WAG Keluarga kami. Sedari mereka berangkat meninggalkan Watampone, jari-jemari sudah sibuk menghapus air yang merembes dari kelopak mata. Betapa hati terasa miris, mengingat sebentar lagi anak gadis yang cantik, sopan dan sabar ini akan sulit kami lihat sebagaimana biasa. Beberapa paman, bibi dan saudara sepupu Esse pun meneteskan air mata, Tak terkecuali Esse yang menangis dalam diam. Jari lentiknya sesekali menyeka air mata sejak roda mobil berputas meninggalkan halaman rumah.
Perjalanan panjang selama kurang lebih 4 jam itu akhirnya lebih banyak bisu. Mungkin fisik lelah, atau hati yang lelah menahan rasa. Kami tidak boleh lemah di depannya. Kami harus tegar, sebagaimana dia yang dengan tabah dan kukuh dengan pilihannya. Semoga anak kami senantiasa dikuatkan dan dibimbing oleh Allah. Aamiin.
Beberapa jam kemudian aku kembali membuka WAG. Deretan poto dan dan doa penuh dukungan memenuhi grup obrolan keluarga. Tiba-tiba aku merasa luar biasa. Betapa kami saling mendukung, saling menguatkan, saling berbagi. Ini adalah salah satu warisan dari orang tua kami yang telah mengajarkan kami untuk berkasih sayang.
Hingga di akhir waktu, setelah peluk kami enggan terlepas, Esse masuk asrama. Aku belum pernah mengetikkan satu baris pun kalimat di grup. Tanganku sibuk menggapai lembar tissu. Diam-diam aku menangis, membayangkan hari-hari Esse yang tidak lagi bersama Bunda, Kakak, Adek, Sepupu dan Paman dan Bibinya. Tapi kemudian sebuah suara lebih tepatnya keyakinan bahwa di saat yang sama, Esse begitu bahagia karena keinginannya untuk mendalami Alqur'an mendapat dukungan penuh dari keluarga. AKu yakin itu. Aku sangat yakin. Untuk mereka yang memilih mendekat kepada Allah, akan merasakan kedamaian yang luar biasa meski jauh dari keluarga.
Hari ke tiga ponakanku yang cantik belajar di rumah tahfidz. Hingga hari ini pula aku belum berani menuliskan kalimat untuknya di grup keluarga. Aku lebih memilih melafazkan kalimat dalam hati, kalimat permohonan untuknya. Semoga dilindungi, dikuatkan, disehatkan dilancarkan segala hal tentangnya. Tentang ponakan cantik ku.
Semoga keberaniannya dapat mengispirasi ponakan-ponakan yang lain.
Beloved niece A. TENRIESA PP
asya anyelir
melepas pandang nun jauh, mencari bintang di balik kabut. bolehlah ia menjadi kisah, yang kututurkan lewat kataku. "a light of miracle"
Wednesday, July 12, 2023
Telah Memilih
Sunday, July 09, 2023
Janji Matahari
Aku selalu kagum kepada matahari. Ia selalu menggunakan waktu dengan sempurna. Tidak menambah atau menguranginya. Meski saat itu masih berat baginya untuk pergi. Namun lihatlah, ketika sore tiba, ia turun sebagaimana biasa, melambai perlahan kepada bumi dengan janji besok akan kembali.
Aku selalu kagum kepada matahari. Ia yang tak menggantungkan rasa pada sesiapa. Ia melakukan dan menyelesaikan tugas sendiri. Baginya, apa yang ada padanya itulah miliknya yang dapat ia gunakan untuk sebaik mungkin tanpa mengganggu yang lain.
Aku selalu kagum kepada matahari. Ia tak sedikitpun menyerah kendati langit menyiram bumi, memotong larik sinarnya yang hangat. Pun ia tak marah kepada hujan. Ia berdiam diri ketika hujan mendesak turun. Ia menepi sejenak, lalu kembali menghangatkan bumi dengan sinarnya yang cemerlang.
Aku selalu kagum kepada matahari. Ia adalah pertanda perjuangan dimulai setelah bumi melepas penat dalam gelap. Sinarnya menjadi sumber semangat untuk bergerak.
Monday, April 18, 2022
Setelah 19 Bulan
Alhasil blogku tidak terurus. Ibarat sebuah taman yang dulu kerap kukunjungi, tiba-tiba menjadi taman yang sepi. Bunganya mati karena lama tidak di siram. Cat pagarnya pudar bahkan ada beberapa bagian pagar yang rusak. Parahnya lagi rumput liar mulai tumbuh di mana-mana, menutupi pintu masuk sehingga blog itu tidak dapat kuakses. Klop, Sembilan belas bulan tanpa kisah.
Suatu malam diawal Maret 2022, tepatnya 3 Maret. Sebuah notifikasi masuk di berandaku tentang sebuah tulisan yang pernah kuposting di blog. Notifikasi itu serta merta menggugah hasratku untuk merangkai kata. Namun sayang saat itu aku tidak dapat mengakses blogku. Sejumput penyesalan menemaniku malam itu. Lalu aku teringat pada seorang teman yang kuyakini dapat membantuku mengatasi hal ini.
Dua hari kemudian akhirnya aku bisa lagi melongok ke tamanku. 5 Maret 2022, aku puaskan diri melihat tanaman yang dulu. Bunga-bunga yang pernah kusemai, hehehe. Aku tersenyum dan geleng-geleng kepala sendiri. Rasa tidak percaya aku pernah begitu naif dalam menulis.
Lebih satu bulan berlalu sejak tamanku dapat kubuka. Lalu pada hari ini aku mencoba untuk kembali menanam di hamparan lahan yang masih luas. Semoga aku dapat menanam bunga yang indah, yang menyejukkan mata.
Ada banyak kisah yang sejak dulu antri di kepalaku, yang menuntut untuk diuraikan dalam rangkaian kalimat.
Hari ini, aku, menuju ke menulis kisah.
Wednesday, September 18, 2019
SARANGHEYO
Matahari mengintip dari celah jendela kamarku. Semburatnya yang jingga keemasan selalu menarik, membuatku bangkit dari empuknya kasur. Aku mendekati jendela, menyibak tirai, lalu membuka daun jendela lebar-lebar. Udara pagi yang sejuk menerpa pipiku. Aku menghirup udara dalam-dalam lalu melepaskannya pelan, sembari memejamkan mataku. Inilah salah satu caraku menikmati pagi. Hmmm betapa nikmatnya.
Bila Matahari saat ini tak cerah
Itu mendung, itu mendung
Bila bunga di taman tidak kehujanan
Itu layu, itu layu.
Hey.. itukan lagunya Sule. Yang Sarangheyo itu. Aku menajamkan pendengaranku. Benar, lagu Sule bersama Eru yang menggunakan empat bahasa dalam lagu terebut
I don't believe in all this happened to me baby
Aku tidak percaya
I don't believe in all this happened to me beibeh
I can't believe, Teu percanten
Sarangheyo aku cinta padamu
Sarangheyo aku sayang padamu
Sarangheyo abdi bogoh kasaliran
Sarangheyo kulo tresno sliramu
Oh my darling kamsanida
Monday, September 16, 2019
BAHAYA FITNAH
Tapi jangan langsung percaya begitu saja. Karena boleh jadi yang kau dengar itu tidak benar sama sekali. Apalagi jika itu cerita tentang orang per orang.
SOGA, Sebuah Surga yang Tersembunyi.
Membuat aku yang berkali-kali ke sini masih terpana. Masih takjub. Dan tak tahan untuk tidak menceburkan diri. (Untuk urusan nyebur disarankan memakai pelampung mengingat kedalaman sungai berkisar 40-70 meter ; sesuai keterangan warga setempat).
Desir angin yang menggoda dedaunan pohon bambu menjadi irama yang menenangkan. Lahir sebuah lagu tanpa syair namun begitu syahdu. Membuatku asyik berlama-lama. Melupakan waktu untuk kembali ke dunia nyata.
Piknik selalu menyenangkan. Alam selalu menenangkan. Membuatku mudah mengingat hal-hal positif. Memberi inspirasi untuk melihat segala sesuatu dengan lebih baik.
Udara sejuk memenuhi rongga dadaku. Hidup terasa lebih ringan ( entahlah besok saat di ruang kerja, hahaha). Semoga aura positif yang kutemukan di sini dapat bertahan lama, menjadi motivasi untuk melakukan kewajiban sebagai pekerja, sebagai pelayan.
Bukan perkara mudah menjalani hari Senin hingga Jumat. Namun piknik ibarat men-charger semangat untuk melakukan kewajiban-kewajiban tersebut.
Aku siap menjalani hari esok!
Terima kasih untuk keluarga besarku di Soga yang selalu siap menerima tiap aku berkunjung, bukan aku saja, bahkan dengan rombonganku. Terima kasih selalu siap direpotkan.
Cc Bapak Budirman Azis, Wawan Soga, Yulis, Appy Tenratu Wiwin Haswinardi, Bapak Hamzah, Santi Soga, Neng Verha Libra
#soga#surgayangtersembunyi#ayokesoga
Friday, September 13, 2019
Sebuah Perjalanan
Telah Memilih
Bagaimana dia melewati hari tanpa adiknya, tanpa kakanya, tanpa sepupunya, tanpa teman=temanya. Kuseka lagi air mataku. Hari ke 3 anak-ana...

-
senin 2 Juli Pukul 8 tepat aku di simpul. Duduk di tempat biasa Nash duduk. Melakoni aktivitas yang sabtu kemarin masih dia lakoni. Hari per...
-
Sebenarnya aku ingin tegar laksana karang yang tak goyah meski di terpa ombak setiap detik, namun kembali niatku itu runtuh hari ini, sore t...