melepas pandang nun jauh, mencari bintang di balik kabut. bolehlah ia menjadi kisah, yang kututurkan lewat kataku. "a light of miracle"
Wednesday, December 21, 2011
tentanG cintA
Tuesday, November 15, 2011
terenggut alamku....!
Thursday, September 29, 2011
sebuaH Pertikaian
Aku bingung dengan kenyataan itu. Sunggu sulit bagiku untuk percaya. Bukankah seharusnya dia menjadi pelindung yang menyayangi dan bukankah seharusnya pelindung itu di hormati, dihargai....?
Aku tak bisa berkomentar banyak. Aku hanya mendengar ceritanya. Benar² bingung dengan kenyataan ini. Separah inikah? Diam² aku berharap ada jalan bagi mereka untuk kembali bersama seperti dulu. Dalam sebuah ruang yang damai, dipenuhi tawa, dan canda, dan ku berharap aku juga berada dalam ruangan itu.... menjadi bagian dari kedamaian, bagian dari tawa dan canda.
Aku hanya bisa berdoa untuk mereka... berdoa untuk kebersamaan mereka, kalo belum hari ini, semoga besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan... pokoknya harus tetap berdoa...
Tuhan kabulkanlah.... Tuhan aku sayang mereka.... aku adalah bagian dari mereka...Tuesday, September 06, 2011
"mengapa dia begitu benci padaku....?"
"mengapa dia begitu benci padaku....?" Mata yang sayu itu menatapku. Menuntut jawaban atas tanyanya. Sekejap kukerjapkan mataku. Kurasakan ada genangan yang sekuatnya kutahan.
Dulu matanya begitu bening... berbinar indah. Membagikan keceriaan kepada siapa saja yang ada di sekitarnya. Dulu senyumnya selalu merekah, mengikuti tawa yang renyah dari bibir mungilnya. Dia adalah tumpuan kasih sayang. Dan kasih sayang yang dia dapatkan kembali dia pancarkan lewat keceriaannya.
"Aku tak mengerti, aku berbuat apa padanya. Selama ini aku selalu baik padanya. Tapi dia selalu saja benci padaku. Semua yang kulakukan tidak ada benarnya, dimatanya." Pelan suaranya.
Aku kian tercekat. Bagaimana memberi penjelasan padanya? Aku juga berada pada tingkat keheranan yang sama dengannya. Mengapa yach mata yang bening itu harus menjadi sayu....? Mengapa mata yang bening itu harus di benci. Tapi aku harus hati² memberikan jawaban. Setidaknya jawabanku bisa mencerahkan hatiknya. Bukan malah menambah beban sedihnya dengan beban kebencian. Aku harus kuat di depannya.
"Adik,..." panggilku pelan, "sudahlah, tak usah memikirkan lagi hal itu. Kalau dia tetap benci kamu, kamu diamkan saja. Sabar sajalah. Kalau memang merasa tidak bersalah yach sikapi aja dengan bijak."
"Bijak bagaimana?" "Aku hampir tidak kuat lagi, rasanya ingin meledak, ingin berteriak protes, ingin marah." Wah mata sayu itu menjadi garang.
"Ah janganlah seperti itu. Yang kamu rasakan hanya kemarahan sesaat." Aku mencoba menenangkannya. "Hmmmm, gini aja, berpikir aja, jika dia membenci kamu, bisa jadi berarti kamu lebih baik dari dia, dan dia iri..., harusnya kamu bersyukur dengan kelebihan yang kamu miliki, tapi kelebihan itu jangan sampai membuar dirimu sombong." Mencoba bijak... dan berharap mata sayu itu menjadi sedikit bening.
"Jangan lupa berdoa untuknya, agar dia tak lagi iri padamu, atau pada orang lain. dengan demikian dia tidak akan membenci lagi...."
Mata sayu itu diam mendengarkanku. Mungkin kalimatku dicernanya. Entahlah....! Detik berikutnya mata sayu itu berbalik, melangkah meninggalkan aku. Dan sepeninggalnya kubiarkan genangan yang sedari tadi kutahan mengalir tenang di pipiku. Aku menangis untuknya, untuk deritanya.....! Tuhan tabahkanlah, kuatkanlah dan kembalikan bening di matanya...., amin...!
gambar di copy dari : http://winnie28.wordpress.com/2010/12/24/hikmah-dibalik-air-mataMonday, August 08, 2011
Ayah....dukamU..!
(gambar diambil dari http://www.google.co.id/imgres?q=sosok+ayah&um=1&hl=id&biw=1024&bih=563&tbm=isch&tbnid=ZMQhYZ4wZTy_qM:&imgrefurl=http://imronspiritlife.blogspot.com/2011/03/bila-aku-bercerita-tentang-sosok-ayah.html&docid=5-76p_UsmOtxjM&w=400&h=273&ei=KkQ_Tv_OG4HPrQfm-6gK&zoom=1)
dukamu Ayah... tak sedikitpun terbaca olehku
begitu tabah dirimu
begitu teguh hatimu
ku tak kuasa lagi, aku menangis,ketika tanpa sadar aku melihatnya di dapur, mengaduk sesuatu di wajan, dia sedang memasak. Ayah.... aku berbisik lirih... lalu pergi meninggalkannya. Aku tak mau Ayah membaca sedih di wajahku.
Ibu yang dicintainya telah pergi. Dulu Ibu yang melakukan semua untuknya. Namun sekarang, Ayah lah yang melakukannya sendiri. Memang Ayah bisa. Dia sosok yang kuat, tegar. Kutau Ayah begitu mencintai Ibu... tapi tak pernah sekalipun kulihat Ayah mempertanyakan kepergian Ibu yang begitu cepat. Ayah percaya semua adalah kehendak-Nya. Ayah ikhlas melepas Ibu.
Ayah yang kini sendiri... Tak membiarkan duka menghiasi wajahnya meski kutahu ada tangisnya, tapi entah dimana dia meletakkan tangisnya... mungkin pada doa-doanya pada permohonannya pada yang Maha.
Tuhan, beri kekuatan pada Ayah, beri kesabaran untuk menjalani hari-harinya tanpa Ibu. Bukakan hati anak-anak Ayah agar menyayangi Ayah.
Monday, May 30, 2011
begitulaH hiduP
kehidupan seperti itu adalah sebuah proses yang sangat lumrah. bisa dialami oleh kamu, aku, dia, kita, mereka, semua. kadang kehidupan ini terasa berat menekan. tak mampu, tak kuasa bahu kita menahannya. tak kuasa kaki kita menopangnya... tapi pada saat itu kita tak boleh mengalah, menyerah begitu saja. selalu ada peluang untuk mencoba menjalani kehidupan yang normal seperti sebelumnya.
Thursday, March 31, 2011
sebuaH jendeLa
Aku pernah melihatnya disana. Seperti matanya mencari sesuatu. Apakah dia mencariku? Mencari sosok yang sekian lama mendambanya..? Ah sebuah tanya yang tak pernah berani ku pinta jawabnya.
Suatu hari yang lain. Lewat jendela itu, kembali kulihat dirinya. Dia tak sendiri. Seseorang bersamanya. Mereka terlibat pembicaraan yang lama, dan kelihatan akrab. Ada sesuatu yang terjadi di relung hatiku. Terasa nyelekit... Siapakah yang bersamanya? Jadi dulu dia tak mencariku...? Walaupun dia berdiri di seberang jendelaku...? Pertanyan lain yang tak akan pernah kupinta jawabnya.
Aku benci jendela itu. Aku menutupnya... tak ingin membukanya lagi. Tak berani lagi aku melihat ke sana lewat jendela itu.
"Apa salah sang jendela?" Separuh bagian dalam diriku bertanya. Bagian yang menjadi korban ketika jendela tertutup. "Jendela tak pernah bergeming, tak berbisik, tak mempengaruhi... jadi apakah jendela yang salah jika dia telah bersama seseorang? Kamu benar2 menjadi buta," amuk separuh bagian dalam diriku.
Kupandang jendela yang sekian lama kututup. Tak ada dendam yang tergurat meski aku telah semena-mena padanya. "Baiklah aku membuka kembali jendela," ucapku sambil melepas kaitnya.
Angin menyapa lembut wajahku begitu aku membuka jendela lebar2. Dengan mengucap basmalah aku menatap kesana. Tak ada siapa-siapa. Tak ada dirinya berdiri sendiri ataupun berdua. Kupandang lebih jelas lagi. Benar, tak ada siapa-siapa
Resah...! Kemana dirinya? Mengapa tak di seberang jendelaku lagi? Ah mungkin hari ini sibuk. Mungkin sebentar sore dirinya datang.
Tapi sampai sore tiba dirinya tak juga datang. Aku menunggu. Hingga malam, dia tak datang juga. Kuputukan tak menutup jendela malam itu, agar mudah bagiku melihat kesana setiap saat.
Aku lupa kapan aku tidur. Aku bangun saat merasakan panas yang lembut di wajahku. Ah sinar matahari yang masuk lewat jendela itu. Aku melompat mendekat ke jendela, dan.... ah dia belum juga ada disana.
Sebuah jendela.... biarkanlah terbuka agar mudah bagiku melihat kesana setiap saat. Agar mudah bagiku melihat dia... tak peduli dia sendiri atau sedang berdua... aku hanya ingin melihat dia...
Kunjungan Abang
Kepergian orang yang kau sayang senantiasa menyisakan duka meski kau tahu bahwa memang seperti itulah adanya. Dia harus pergi tanpa dapat di...
-
Sebenarnya aku ingin tegar laksana karang yang tak goyah meski di terpa ombak setiap detik, namun kembali niatku itu runtuh hari ini, sore t...
-
senin 2 Juli Pukul 8 tepat aku di simpul. Duduk di tempat biasa Nash duduk. Melakoni aktivitas yang sabtu kemarin masih dia lakoni. Hari per...