Thursday, September 21, 2006

dirimU mataharikU



di antara debur ombak
di atas bebatuan
terduduk aku
lepas pandangku ke pantai
mencari titik nun disana
adakah dirimu kan berlabuh?

temaram hantarkan sepi
bersama dingin yang membelai sepoi
sepi
sepi yang selimuti hatiku
sepi ini di pecahkan ombak yang menghempas batu
sepi ini hanyut bersama riak gelombang

jingga di cakrawala
ku tau mentari ada disana, hendak bersemayam
melewatkan separuh hari di belahan lain
dan akan kembali lagi disini, esok, menyapa aku, kamu, kita, bumi!
matahari benar2 akan kembali

jauh dirimu
di seberang laut, di balik gunung,
ach entah dimana kau berada
tak pernah aku pasti akan keberadaanmu
namun aku yakin
dirimu seperti matahari
dirimu adalah matahariku
kan kembali, esok, menyapaku

tuk seseorang yang jauh
di tanah ini aku menantimu

Friday, September 15, 2006

watamponE misS U

081342757xxx

cousin, ingat ga waktu kita masih kumpul dulu. ketika itu freedom adalah prinsip kita. no boy, no love, no job, no everything. kita kere banget. hahahhaha i’m so miss the time. dan aku pikir kita bisa do it now. kamu tinggalin kerjaanmu dulu gih. and tomorrow we have fun. aku tunggu besok.

hmmm, sms sepupuku itu sangat menggoda. hari ke empat dia getol sms aku, ngajakin aku ke watampone buat nonton perhelatan olahraga se sulsel (porda) yang di gelar di tanah lahirku.
asli aku ngakak membacanya. ya jadi inget dulu, waktu kami masih sama2 disana dengan prinsip merdeka itu. ya merdeka menurut kami seperti itulah ya no boy ampe no everything itu.
aku jadi kangen juga ama tawa kami dulu. yang lepas, yang bahagia, tanpa beban . tanpa mikirin kerjaan. ooow santainya dulu, nikmatnya dulu. walo sekarang hidupku pun nikmat (aku menikmatinya) tapi kalo ingat yang dulu2 ya jadi kangen lagi.

i’ll be back, cousin. waiting for me. i miss u too, i miss all about our day, bout our town

Thursday, September 14, 2006

kemaraU

kemarau panjang
pepohonan meranggas
daunnya menguning, lunglai tiada berdaya
akhirnya gugur satu2, melayang hingga ke bumi
berserakan di rerumputan yang telah kecoklatan meregang nyawa

kemarau panjang
tanah retak
menganga bak ingin telan kaki yang menjejaknya
berdebu
angin kering terbangkannya

kemarau panjang
sungai tak ubahnya ular yang berdiam diri
mendekam pasrah di bumi, lapar
tiada gerakan, bahkan tarikan napasnya pun telah satu2
tiada riak air disana yang berkilau ditimpa cahaya

kemarau panjang
asap membumbung tinggi
hutanku, hutan kamu, hutan dia, terbakar
pandangan terhalang
ada apa di depan sana, tak tahu pasti
samar, membingungkan

rindU inI


rindu ini biasa
saat kita baru aja berpisah
rindu ini resah
ketika lama kau tiada berita
rindu ini indah
karena hari ini kau akan tiba

for my lovely bits, i miss u so... much

Monday, September 11, 2006

terpakU akU

terpaku aku
kala dirimu acuhkanku
bahkan teriakku akan namamu
bak angin berlalu di telingamu

terpana aku
kala dirimu diamkanku
bahkan ketika sapaku pekak- kan-mu
tak juga buatmu berpaling

tergugu aku
kala dirimu asingkanku
bahkan ketika langkahku mengejarmu
tak juga kau henti sejenak

sahabat,
marahmu,
diammu,
acuhmu,
akankah jadi jawaban segala tanyaku?

kutulis buatmu sahabat, semoga keceriaan dapat kembali kita miliki.

Wednesday, September 06, 2006

mampukaH dirimU tuK tidaK menangiS

ketika matahari memilih sembunyi
berlindung dibalik tebalnya kabut
tak sedikitpun tunjukkan dirinya
pun segaris cahayanya tak terbagi tukmu
mampukah dirimu tuk tidak menangis?

ketika rembulan memilih menyepi
berselimut di balik pekat awan
tak secercah pun sinarnya ada
pun separuh wajahnya tak nampak
mampukah dirimu tuk tidak menangis?

ketika bintang memilih sendiri
redupkan sinarnya nun disana
tak berbagi kepada langit bumimu
pun rasinya tak terlihat
mampukah dirimu tuk tidak menangis?

ketika angin memilih berhenti
tertahan dibalik punggung gunung
tak sedikitpun desirnya berlalu
pun semilir hembusnya tak belai dirimu
mampukah dirimu tuk tidak menangis?

ketika hujan memilih menjauh
sembunyi dibalik mendung
tak setitikpun airnya menetes
pun gerimisnya tiada
mampukah dirimu tuk tidak menangis?

ketika embun memilih diam
mengering di ujung daun
tak setetes tersisa
pun sejuknya hilang menguap
mampukah dirimu tuk tidak menangis?





Tuesday, September 05, 2006

tangiS untukmU

pukul 16 lewat sekian menit, listrik padam. uhg kesal juga, akhir2 ini listrik selalu saja padam selama dua jam setiap hari.
tidur! pilihan berikutnya tuk ngisi waktu. apalagi semalam memang aku telat tidur tapi tadi pagi malah cepet banget bangun. tidak butuh waktu lama buat terlelap. benar2 lelap sampai aku ga sadar lagi kapan andev dan fara ikut berbaring di sampingku.

getaran hape di saku buatku terbangun. dengan mata setengah terbuka, aku baca sms itu. lepas baca sms, aku coba tidur lagi. listrik belum nyala juga. ah kali ini tidak sukses tidur.

pikiran tiba2 keluar jalur. mata terpejam, tapi pikiran koq menerawang jauh. aku ingat seseorang yang jauh. ya seseorang yang punya arti dalam hidupku. mataku basah. perlahan air merembes pelan di pipiku. aku rindu padanya. aku rindu sekali.
tangis yang tadinya mengalir pelan, berubah jadi tangis yang kuat. demi menahan isakanku, tubuhku sampai bergetar.

kau yang jauh, apa kabar kini.
mengapa harus ada jarak antara kita?
dimanapun kini, jaga dirimu.
cinta dan rindu, selalu ada di sini

SEPATU BOOTS DI LAHAN KOSONG