Wednesday, July 12, 2023

Telah Memilih

Bagaimana dia melewati hari tanpa adiknya, tanpa kakanya, tanpa sepupunya, tanpa teman=temanya. Kuseka lagi air mataku.

Hari ke 3 anak-anak sekolah kembali beraktivitas setelah libur kenaikan kelas. Otomatis mereka kembali konsentrasi dengan pelajaran dan tugas sekolah. Beruntung waktu libur kemarin, aku sempat menghabiskan beberapa hari bersama ponakan. Bermain di pusat perbelanjaan, silaturahmi ke rumah keluarga dan piknik di kebun kerabat. Jika sudah kembali ke rutinitas seperti sekarang ini, baru terasa betapa berartinya libur bersama keluarga. Terlebih bagi kita yang tempat tinggalnya beda kota.

Senyum sumringah mereka masih tergambar jelas di mataku. Begitu juga cerita lucu bahkan tangisnya ketika mereka bertengkar. Dunia anak yang dinamis membuat kita bisa melihat semua peristiwa dalam satu episode. Awalnya main bersama, saling bagi makanan, berikutnya ada yang ngambek bahkan kadang yang sampai nangis. Tapi belum sempat kita menegur, mereka sudah akur lagi. Ya seperti itulah, mereka berbagi rasa dan hal itu boleh jadi merupakan pengikat yang kuat diantara mereka.

Tahun ini, beberapa ponakan pindah sekolah, ke jenjang yang lebih tinggi. Ada yang masuk kuliah, lanjut ke SMA, SMP, ada yang masuk SD, selebihnya masih di sekolah yang sama sebelumnya tapi berada di kelas lain. Alhamdulillah tidaka ada laporan tentang tinggal kelas.

Adalah Esse, salah satu ponakan yang tahun ini masuk SMP. Ponakan yang satu ini membuat sebuah pilihan yang patut kami jempol. Diusianya yang masih belia, dia kukuh untuk melanjutkan sekolah di sebuah rumah Tahfidz, di luar kota. Tentunya hal ini harus kami dukung. Meski hati berat melepasnya, mengingat ia masih kecil di mata kami. Tapi keteguhan hatinya yang nampak di binar matanya sungguh membungkam protes kami. Lagi pula, jika hal ini tidak kami dukung, maka boleh jadi kami menjadi orang tua yang berdosa, menghalangi anak mencari ilmu, mendekat kepada sang Khalik.

Hari MInggu kemarin, Esse memasuki asrama, tentunya diantar oleh keluarga. Aku memantau kejadian tersebut dari WAG Keluarga kami. Sedari mereka berangkat meninggalkan Watampone, jari-jemari sudah sibuk menghapus air yang merembes dari kelopak mata. Betapa hati terasa miris, mengingat sebentar lagi anak gadis yang cantik, sopan dan sabar ini akan sulit kami lihat sebagaimana biasa. Beberapa paman, bibi dan saudara sepupu Esse pun meneteskan air mata, Tak terkecuali Esse yang menangis dalam diam. Jari lentiknya sesekali menyeka air mata sejak roda mobil berputas meninggalkan halaman rumah.

Perjalanan panjang selama kurang lebih 4 jam itu akhirnya lebih banyak bisu. Mungkin fisik lelah, atau hati yang lelah menahan rasa. Kami tidak boleh lemah di depannya. Kami harus tegar, sebagaimana dia yang dengan tabah dan kukuh dengan pilihannya. Semoga anak kami senantiasa dikuatkan dan dibimbing oleh Allah. Aamiin.

Beberapa jam kemudian aku kembali membuka WAG. Deretan poto dan dan doa penuh dukungan memenuhi grup obrolan keluarga. Tiba-tiba aku merasa luar biasa. Betapa kami saling mendukung, saling menguatkan, saling berbagi. Ini adalah salah satu warisan dari orang tua kami yang telah mengajarkan kami untuk berkasih sayang.

Hingga di akhir waktu, setelah peluk kami enggan terlepas, Esse masuk asrama. Aku belum pernah mengetikkan satu baris pun kalimat di grup. Tanganku sibuk menggapai lembar tissu. Diam-diam aku menangis, membayangkan hari-hari Esse yang tidak lagi bersama Bunda, Kakak, Adek, Sepupu dan Paman dan Bibinya. Tapi kemudian sebuah suara lebih tepatnya keyakinan bahwa di saat yang sama, Esse begitu bahagia karena keinginannya untuk mendalami Alqur'an mendapat dukungan penuh dari keluarga. AKu yakin itu. Aku sangat yakin. Untuk mereka yang memilih mendekat kepada Allah, akan merasakan kedamaian yang luar biasa meski jauh dari keluarga.

Hari ke tiga ponakanku yang cantik belajar di rumah tahfidz. Hingga hari ini pula aku belum berani menuliskan kalimat untuknya di grup keluarga. Aku lebih memilih melafazkan kalimat dalam hati, kalimat permohonan untuknya. Semoga dilindungi, dikuatkan, disehatkan dilancarkan segala hal tentangnya. Tentang ponakan cantik ku. Semoga keberaniannya dapat mengispirasi ponakan-ponakan yang lain. Beloved niece A. TENRIESA PP

Sunday, July 09, 2023

Janji Matahari

Aku selalu kagum kepada matahari. Ia selalu memenuhi janji kepada bumi meski kadang awan tebal menghalanginya. Ia seperti tak peduli kepada awan atau siapapun yang mengusiknya menunaikan janji. Baginya janji adalah janji, harus ditepati tepat pada waktu yang telah disepakati sebelumnya. Meski saat itu ada yang tidak mendukungnya.

Aku selalu kagum kepada matahari. Ia selalu menggunakan waktu dengan sempurna. Tidak menambah atau menguranginya. Meski saat itu masih berat baginya untuk pergi. Namun lihatlah, ketika sore tiba, ia turun sebagaimana biasa, melambai perlahan kepada bumi dengan janji besok akan kembali.

Aku selalu kagum kepada matahari. Ia yang tak menggantungkan rasa pada sesiapa. Ia melakukan dan menyelesaikan tugas sendiri. Baginya, apa yang ada padanya itulah miliknya yang dapat ia gunakan untuk sebaik mungkin tanpa mengganggu yang lain.

Aku selalu kagum kepada matahari. Ia tak sedikitpun menyerah kendati langit menyiram bumi, memotong larik sinarnya yang hangat. Pun ia tak marah kepada hujan. Ia berdiam diri ketika hujan mendesak turun. Ia menepi sejenak, lalu kembali menghangatkan bumi dengan sinarnya yang cemerlang.

Aku selalu kagum kepada matahari. Ia adalah pertanda perjuangan dimulai setelah bumi melepas penat dalam gelap. Sinarnya menjadi sumber semangat untuk bergerak.

SEPATU BOOTS DI LAHAN KOSONG