Wednesday, October 31, 2007

bersamA rintiK hujaN

bersama rintik hujan yang tak kunjung reda
hantarkan dingin menusuk hingga ke tulangku
merenda harap
kulukis dilangit yang kelam
tanpa satu bintangpun berikan sinarnya


mungkin kelam ini adalah milikku
mungkin kelam ini sudah takdirku
ketika kau... matahariku
ketika kau bulanku
tak lagi beri sinarmu


diantara rintik yang hantarkan dingin
kugores pena, melukis di langit kelam
akan harapanku

Saturday, October 27, 2007

nginaP di simpuL

Sudah lama banget aku tidak nginap di simpul. Malam lalu, aku nginap bareng andev dan may. Rencana malam itu aku mau selesaian baca buku Kunci Sukses Beribadah yang di tulis ama Amr Khalid. Rencana tinggal rencana. Sekitar pukul 20 ada temen yang datang minta tolong "mau"bikin makalah. Akhirnya aku bantuin cari bahan di internet, sekaligus nyusun. Karena diselingi makan malam dan ngobrol, maka kerjaan itu baru selesai sekitar pukul 24.

Abis itu aku bersujud, mengucap syukur atas karuania-Nya dan memohon ampun atas kealpaanku hari ini. Buku yang tadinya urung kubaca baru aku ambil lagi. Aku asyik baca buku ketika andev sama may, masing-masing sibuk.


Satu mojok di yahoo mesengger, satu lagi mojok di telepon. Duch senangnya mereka. Sampai2 tidak pernah berhenti tertawa. Kuhentikan bacaanku sejenak. Terbayang seseorang yang meneleponku tadi, usai magrib. Keinginan menelepon dia kutekan sedalam mungkin. Nantilah kalo aku sudah rindu banget. Lagian beberapa jam tadi kan kami sudah bicara...


Ntah sampai jam berapa andev sama may sibuk. Karena terlalu lelah, aku hentikan baca buku dan mencoba tidur karena aku pengen bangun tuk sahur, kebetulan puasa syawalku blon cukup. Sebenarnya waktu itu pukul 02, tapi aku blon mau sahur. Nantilah pukul 03.30, bisa sekalian tahajud, rencanaku.


Alhamdulillah aku tertidur, tapi tidak nyenyak. Sekali-kali aku masih mendengar suara may atau andev yang kadang tertawa, padahal udah dini hari. Edan juga dua orang itu, hehehehe.


Pukul 03.30, aku terbangun. Andev masih juga blon tidur, masih ngobrol, masih di ym. Ckckckck, gila bener. Trus kata andev, may barusan juga selesai nelponnya. Hah...????? Jadi waktu aku tidur tadi, mereka masih asyik juga.

Abis sahur aku ma andev mencoba tidur. Masjid-masjid sudah pada melantunkan ayat suci, di tambah suara kelelawar yang tinggal di pohon samping simpul, duh.... keknya ga bisa tidur nich. Asli berisik banget. Akhirnya, aku tidur setelah sholat subuh. Hmm pasti besok kesiangan, gitu pikirku. Eh bukan besok, tapi ntar, kan sebenarnya udah pagi. Tidak apa2 dech, aku mau bangun pukul 8, biar aja terlambat kerja.
Nasib...
Mata tetep aja ga bisa tertidur. Beberapa saat kemudian sudah terdengar musik yang mengiringi senam di Lapangan Gasis. Hahahha, bener2 udah pagi nich. Akhirnya aku ma andev bangun dan ngobrol sampe jam 9.

Tuesday, October 23, 2007

matahaRi

matahari
jangan biarkan bumi disini gulita
kunanti terbitmu
dari bukit di timurku

ketikA resaH

dan kuhanya mampu berbisik
berbicara padaNya
harapku, didengarkanNya
dan ku diberi petunjuk

dalam resah ini
dalam badai ini
iya......
aku lagi dalam badai
namun adakah badai yang tak berlalu?
tidak
semua badai pasti berlalu
ku kan terus berbisik
berbicara kepadaNya
mengadu kepadaNya.
semua yang berlaku padaku adalah kuasaNya.

Saturday, October 20, 2007

hari ini

hari ini
aku diajarkan
tentang mengendalikan ego

kU tersenyuM

kutersenyum
karena ku tau
setelah kelam ini
akan ada terang

kendati ku menangis
luluhkan lukaku
beserta sakit yang menusuk

terima kasih kepadamu
kepada yang membuatku menangis
terima kasih karena kau telah membuatku mencuci mataku dari debu
terima kasih karena kau membuatku semakin ingat kepadaNya
terima kasih karena kau mengajarkan aku akan rasa sakit

Wednesday, October 10, 2007

Tuesday, October 09, 2007

gemuruH di haTi

'kau disini?'
'untuk apa?'


'aku melihat ada mendung, lalu kudengar gemuruh di hatimu,
aku ingin memastikan apakah hujan akan turun?
ada apa?'
'mengapa tak kau biarkan angin membawa mendung itu?
pipimu telah terlalu lembab oleh air.
sudahlah, biarkan angin terbangkan semua mega itu!'


'tidak ada apa-apa
tidak ada gemuruh disini, apalagi mendung
lihatlah, aku begitu cerah, seperti langit biru itu.
tidak akan ada hujan.'


muram....
namun dia selalu begitu, angkuh.
sedikitpun tak akan mengakui hatinya yang bergemuruh.
kendati mendungnya kian tebal
hujannya tak bakal turun, jika aku masih di depannya.


'pulanglah! aku baik2 saja'


'tapi gemuruh itu? dan mendung itu?'


'tak akan ada hujan. tidak akan kubiarkan hujan
biarlah gemuruh itu guruh terus.
aku akan baik2 saja.'


dan aku pulang
kendati gemuruh itu kian menggelegar.

(kadang kepedulian kita bukan apa2 bagi orang lain, malah tidak diharapkan sama sekali)

Monday, October 08, 2007

nabraK

Setiap senin pagi aku masuk kerja di tempat lain, yang berjarak 22 kilometer dari rumahku. Hari ini, seperti hari Senin yang lalu, aku menuju tempat kerja. Karena aku telat, maka aku ngebut. Kondisi jalan mendukung banget. Suasana agak sepi karena memang hari sudah agak siang. Sebagian orang sudah masuk kerja.
Jarak yang 22 kilo itu kadang kutempuh dalam waktu 30 menit, kadang kurang dari 30 menit, pokoknya tergantung dari laju motor.
Pagi tadi, aku ngebut lagi. Aku pengen tiba di kantor sebelum pukul 9. Aku berangkat dari rumah pukul setengah sembilan. Sepanjang jalan, aku membaca surat2 pendek, kadang juga aku bertasbih (selama bulan puasa kebiasaan mendengarkan mp4 dalam perjalanan ku-tiadakan)
Ketika jarak kantor sekitar 5 kilo, aku nabrak orang....................
Aku ngebut. Jalanan sepi ditambah kondisi jalanan yang baru aja di perbaiki, ditambah aku buru2......
Tiba-tiba seorang kakek yang bersepeda, berbelok kekanan, memotong di depanku, tanpa memberi tanda sebelumnya. Bahkan kakek itu tidak menoleh sebelum berbelok, padahal dari belakang aku sudah lihat kakek itu lagi asyik mengayuh sepedanya. Tapi dia berbelok dengan tiba-tiba, tanpa menunjukkan tanda2.
Secepatnya aku menginjak rem. Tapi namanya ngebut, tetap aja ban belakangnya kutabrak. Berikutnya kakek dan sepedanya tergeletak di jalan raya. Untungnya aku tidak sampai jatuh, hanya motorku oleng ke kiri, setelah berhasil menguasai motor, aku menoleh ke sang kakek. Duch dia masih tergeletak disamping sepedanya.
Aku parkir motor lalu mendekatinya. Alhamdulillah dia bisa bangun sendiri. Aku tanya bagian mana yang sakit, dia bilang ga ada. Bahkan dia memintaku segera pergi, karena takut ada Polantas yang lewat, kan jadi ribet nantinya.
Setelah aku yakin dia tidak apa2, aku beranjak pergi. Tanpa sengaja mataku melihat pelg sepedanya. Ya ampun pelg itu sudah tidak berbentuk O lagi, tapi hampir menyerupai hurur Q. Otomatis sepeda itu tidak bisa berjalan, bang belakangnya tidak bisa berputar. Duch...!
'Pergi aja nak, ini tidak apa2. Kata sang kakek. Sementara orang2 sudah berdatangan mengerumuni kami.
'Sepedanya harus diperbaiki, Pak, ini rusak', ujarku menunjuk ban belakangnya.
'Tidak apa2,' katanya lagi.
Beberapa orang yang berkerumun juga mengatakan hal yang sama, bahwa sepeda dan kakek itu tidak apa2.
'Pak, aku minta maaf, yach, sepedanya di perbaiki aja, kataku sambil memasukkan uang secukupnya ke tangannya.
'Aduh.... tidak usah nak, sepedanya tidak apa2,' halus dia tolak pemberianku.
'Tidak apa2, ambil saja, Pak',kukembalikan uang itu.
Kemudian aku pergi setelah meminta maaf berkali-kali kepada sang kakek juga kepada orang2 yang datang menolong kakek itu.
Duch semoga ga nabrak lagi dech.

Saturday, October 06, 2007

dauN kerinG

ketika saatnya tiba
semua akan luruh ke bumi
seperti daun kering

daun-daun itu
kemarin masih hijau
bergantung indah di ranting
gemulai liuknya dimainkan angin
mengantarkan musik alam
menyentuh setiap kalbu

ketika saatnya tiba
ketika aku yang masih tegar ini
luruh kebumi
maka
daun kering yang kududuki ini
akan tertabur di atas pusaraku

ketika saatnya tiba
akan ku luruh jua ke bumi
dihampari daun kering

langiT di timuR rumahkU

langit di timur rumahku
adalah lukisan pagi nan indah
menggoda aku tuk menatapnya

langit di timur rumahku
kadang terbersit 'ingin' tuk melangkah disana
di antara bias jingga
di antara tebaran awan

langit di timur itu
semoga selalu bisa ku temui




padaNya kuberseraH

tergetar seluruh tubuh
ketika sakit itu menghunjam relungku
tangis tak lagi bersuara
hanya dua garis air membelah pipi yang kiah pipih

pedih.........
memeluk diri,menenangkan diri
meredakan getar yang tak juga henti
mengelus dada
mencari kekuatan
memanggil namaNya
menyebut namaNya
hanya kepadaNya kuberseraH

bisakaH jujuR padA diRi sendiRi...?

sadarkah kita akan semua ucapan dan tindakan, kelak harus di pertanggungjawabkan di hadapanNya?...


Jika bisa sadar setiap saat maka segala omongan dan tindakan akan terkontrol dengan baik. Segala omongan yang telah kita lepaskan setidaknya tidak kita ingkari beberapa saat kemudian serta segala tindakan yang kita lakukan tidak akan kita sangkal beberapa menit sesudahnya.


Aku agak bingung dengan apa yang aku alami kemarin. Salah seorang teman meminta bantuan aku untuk menjadi penengah atau tepatnya penyambung kata kepada teman yang lain. Sebutlah teman yang meminta tolong itu A. A meminta aku menyampaikan sesuatu hal kepada Z.


Kronologis.......
Sekitar 10 menit sebelum menemui aku, A menerima panggilan di ponselnya dari sebuah nomor yang dia tidak kenal. Menurut A, dia lupa-lupa ingat akan nomor itu. Kemudian A menemui aku untuk mencari tahu siapa pemilik nomor tersebut.
A muncul di pintuku. Seperti biasa aku menyapanya halo bro. Dia membalas halo-ku tidak seperti biasanya. Mukanya cemberut. A kemudian meminta HP-ku.


'Aku ingin mencocokkan nomor, ntah siapa yang call. Dia call aku semalam,' ucap A sambil menunjukkan HPnya ke aku.
'Trus barusan dia call lagi, giliran aku angkat aku mendengar suara ........, tapi dia langsung tutup, apa sich maunya orang itu?' Lanjut A kesal.


Sekali lirik saja aku tau kalo itu nomor Z. Tapi aku biarkan A men- cek nomor itu di HP-ku.
Ahhh bakal ada masalah nich..., setahuku A tidak sudi di call oleh Z. Semua itu berawal dari kesapalahpahaman yang terjadi pada awal tahun.


'Ternyata dugaanku benar. Apa sih maunya si Z? Aku kan sudah minta dia hapus nomorku. Kenapa sekarang dia masih call2 aku?' gerutu A.


Kemudian ada banyak kalimat yang dikeluarkan A. Intinya ungkapan kekesalan dan ketidaksukaan-nya akan tindakan Z. Tidak ketinggalan ungkapan kemarahan dan niatnya untuk melabrak Z jika Z masih juga menghubungi nomornya.


Mendengar itu, aku berusaha menenangkan A. Aku bilang masih ada banyak jalan untuk menyelesaikan malasah ini. Apalagi cuma menyampaikan ke Z agar tidak menghubungi nomor A lagi, tidaklah sulit.


Mendengar kalimatku, A kemudian meminta tolong ke aku untuk menemui Z, menyampaikan agar Z tidak usah menelpon A lagi.
Aku setuju. Aku janji sore itu juga menemui Z. Sayangnya rencana sore itu batal, karena ada beberapa hal yang jadi penghalang.


Kemudian kemarin pagi, aku mencari Z di ruangannya. Setelah ngobrol ringan beberapa hal, aku sampaikan maksud kedatanganku. Dengan hati2 sekali tentunya. Dengan permohonan maaf sebelumnya.


Seperti yang sudah kuduga sebelumnya, si Z menyangkal. Dia tidak sekalipun menelpon A pada jam yang aku sebutkan.
'Lho, trus sapa yang nelpon? disitu jelas tertera nomormu, 08135xxxxx75. Jamnya juga jelas. Yang satu pukul 23 lewat sekian, yang satu lagi pukul 15 lewat sekian,'tuturku.


'Pokoknya bukan aku', kukuh Z menolak.
Diserta beberapa alibi yang (mungkin) dia harapkan bisa menguatkan sangkalannya.
HP dipegang teman, HP sama teman adik, adalah alibi Z.


Aku terhenyak.
Aku menemui Z bukan untuk mencari kebenaran dia menelpon atau tidak. Aku hanya ingin menyampaikan agar Z (agar nomor HP Z) jangan lagi masuk di receive call HP A. Karena A sangat tidak suka akan hal A. A sangat tidak suka sekali dengan hal itu.


Kuharap Z bisa mengerti. Z tidak perlu jujur kepadaku atau kepada siapapun tentang nomor HP yang masuk di receive call HP A, cukuplah dia jujur kepada dirinya sendiri.
Z atau teman Z atau teman adik Z yang menelpon nomor A dari HP Z???? Hanya Z yang tahu. Kuharap Z bisa jujur kepada dirinya sendiri.

SEPATU BOOTS DI LAHAN KOSONG