Thursday, September 29, 2011

sebuaH Pertikaian

Tuhan... bukakanlah hati mereka agar bisa kembali bersatu seperti dulu,....

Aku bingung dengan kenyataan itu. Sunggu sulit bagiku untuk percaya. Bukankah seharusnya dia menjadi pelindung yang menyayangi dan bukankah seharusnya pelindung itu di hormati, dihargai....?

Aku tak bisa berkomentar banyak. Aku hanya mendengar ceritanya. Benar² bingung dengan kenyataan ini. Separah inikah? Diam² aku berharap ada jalan bagi mereka untuk kembali bersama seperti dulu. Dalam sebuah ruang yang damai, dipenuhi tawa, dan canda, dan ku berharap aku juga berada dalam ruangan itu.... menjadi bagian dari kedamaian, bagian dari tawa dan canda.

Aku hanya bisa berdoa untuk mereka... berdoa untuk kebersamaan mereka, kalo belum hari ini, semoga besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan... pokoknya harus tetap berdoa...

Tuhan kabulkanlah.... Tuhan aku sayang mereka.... aku adalah bagian dari mereka...

Tuesday, September 06, 2011

"mengapa dia begitu benci padaku....?"

"mengapa dia begitu benci padaku....?" Mata yang sayu itu menatapku. Menuntut jawaban atas tanyanya. Sekejap kukerjapkan mataku. Kurasakan ada genangan yang sekuatnya kutahan.

Dulu matanya begitu bening... berbinar indah. Membagikan keceriaan kepada siapa saja yang ada di sekitarnya. Dulu senyumnya selalu merekah, mengikuti tawa yang renyah dari bibir mungilnya. Dia adalah tumpuan kasih sayang. Dan kasih sayang yang dia dapatkan kembali dia pancarkan lewat keceriaannya.

"Aku tak mengerti, aku berbuat apa padanya. Selama ini aku selalu baik padanya. Tapi dia selalu saja benci padaku. Semua yang kulakukan tidak ada benarnya, dimatanya." Pelan suaranya.

Aku kian tercekat. Bagaimana memberi penjelasan padanya? Aku juga berada pada tingkat keheranan yang sama dengannya. Mengapa yach mata yang bening itu harus menjadi sayu....? Mengapa mata yang bening itu harus di benci. Tapi aku harus hati² memberikan jawaban. Setidaknya jawabanku bisa mencerahkan hatiknya. Bukan malah menambah beban sedihnya dengan beban kebencian. Aku harus kuat di depannya.

"Adik,..." panggilku pelan, "sudahlah, tak usah memikirkan lagi hal itu. Kalau dia tetap benci kamu, kamu diamkan saja. Sabar sajalah. Kalau memang merasa tidak bersalah yach sikapi aja dengan bijak."

"Bijak bagaimana?" "Aku hampir tidak kuat lagi, rasanya ingin meledak, ingin berteriak protes, ingin marah." Wah mata sayu itu menjadi garang.

"Ah janganlah seperti itu. Yang kamu rasakan hanya kemarahan sesaat." Aku mencoba menenangkannya. "Hmmmm, gini aja, berpikir aja, jika dia membenci kamu, bisa jadi berarti kamu lebih baik dari dia, dan dia iri..., harusnya kamu bersyukur dengan kelebihan yang kamu miliki, tapi kelebihan itu jangan sampai membuar dirimu sombong." Mencoba bijak... dan berharap mata sayu itu menjadi sedikit bening.

"Jangan lupa berdoa untuknya, agar dia tak lagi iri padamu, atau pada orang lain. dengan demikian dia tidak akan membenci lagi...."

Mata sayu itu diam mendengarkanku. Mungkin kalimatku dicernanya. Entahlah....! Detik berikutnya mata sayu itu berbalik, melangkah meninggalkan aku. Dan sepeninggalnya kubiarkan genangan yang sedari tadi kutahan mengalir tenang di pipiku. Aku menangis untuknya, untuk deritanya.....! Tuhan tabahkanlah, kuatkanlah dan kembalikan bening di matanya...., amin...!

gambar di copy dari : http://winnie28.wordpress.com/2010/12/24/hikmah-dibalik-air-mata

SEPATU BOOTS DI LAHAN KOSONG