Aku baru saja selesai sholat Magrib ketika ponselku berdering. Demi melihat nama yang tertera di layar, segera kurapikan mukenah lalu meraih ponsel tersebut. Menekan tombol hijau dan menjawab salam yang Pak Leo lantunkan. Oh yah Pak Leo ini adalah teman lama. Aku pernah bekerja dengannya selama tiga tahun, yakni pada tahun 2015 hingga 2018. Meski sudah lama kami tidak lagi berada di proyek yang sama, tapi komunikasi kami lumayan lancar. Hal yang demikian sangat aku syukuri. Menurutku seorang teman dari masa lalu yang masih mengingat kita berarti kebersamaan kita dulu lebih berkesan positif. Apalagi Pak Leo ini dulu adalah Pimpinanku.
Singkat cerita beliau bertanya kabar dan kesibukan saat ini. Memastikan jika panggillannya tidak menggangu. Aku sendiri sumringah ditelepon beliau. Kami lalu mengobrol dengan lancar sembari sesekali menyinggung pekerjaan yang dulu.
Oh yah, bagiku, Pak Leo ini salah satu role model. Kepemimpinan beliau cukup menginspirasi. Meski pernah jadi bawahannya namun perlakuannya ke aku dan teman-teman lebih menempatkan kami sebagai mitra. Terlebih di luar jam kerja, kami bisa mengobrol lepas. Wawasannya yang luas serta hatinya yang baik menjadi salah dua pertimbanganku menjadikannya role model.
Satu hal yang dapat kupetik dari obrolan kami kali ini adalah tentang Etika. Bagaimana kita memperlakukan orang yang selama ini memperlakukan kita dengan cukup baik. Menempatkan kita sebagai teman, menganggap kita ada. Meski obrolan kami santai, namun aku cukup mendapatkan pelajaran kali ini.
Sebenarnya, kita semua tahu teori untuk berbuat baik. Namun terkadang kita lupa dalam prakteknya. Mungkin karena saking asyiknya sampai kita lupa. Pada akhirnya aku berterima kasih pada Pak Leo yang meski saat ini jarang bertemu, tapi tetap menyelipkan ajaran kebaikan dalam obrolan kami.
Terima kasih untuk Pak Leo, untuk waktu yang telah dilalui bersama. Terima kasih telah mempercayai aku untuk terlibat dalam proyek yang lumayan besar kala itu meski wawancaranya via telepon dan pertemuan pertamanya di Bandara Hasanuddin. Terima kasih telah mengirim aku belajar di Lampung dan Bandung. Terima kasih telah memberiku kesempatan untuk belajar bersama orang Inggris, India mesti bahasa Inggrisku patah-patah. Terima kasih memberiku kesempatan duduk bersama orang-orang hebat dari berbagai pulau di Indonesia. Ah banyak terima kasih yang tak dapat kuurai satu-satu.
Tulisan ini kudedikasikan untuk INANTA (Inovasi Ketahanan Komunitas)
Ibarat rumah keluarga yang selalu hangat, menyatukan kami yang pernah ada di dalamnya meski kini masing-masing memiliki jalan untuk melanjutkan langkah.