Friday, March 14, 2008

suraT rindU untuK kandA

ketika mentari tenggelam di kotamu, maka saat itu kuberdiri di tepi sawah kita, menatap cakrawala, mencoba menembus awan, demi menemukan lukisan wajahmu yang mungkin diterbangkan angin senja
kanda apa kabar....

sesak napasku, terhimpit seribu beban. Kerinduan akan diri kanda telah lama mendera. memaksa aku tuk berlama-lama di sini. meniti pematang sawah, tempat yang dulu selalu kita lalui bersama, ketika senja tiba, ketika melangkah pulang meninggalkan sawah.

kanda....

setiap hari hujan mengguyur bumi di sini. mungkin di kota tepian, tempat kanda berada saat ini begitu pula adanya. sadarkah engkau kanda bahwa musim penghujan pertanda baik bagi kita? artinya musim tanam telah tiba pula.

semburat jingga di barat semakin suram. bersama tenggelamnya sang surya, burung pun pulang ke sarang. membawa sayapnya tuk mendekap hangat anak istri di rumah kecil mereka...

giris hatiku,....... menangis, demi melihat kawanan burung yang melintasiku. gemulai kepak sayapnya akan mengantarnya tiba di rumah. mengapa kanda tak seperti sang burung? melangkah pulang walau dengan langkah yang sangat pelan?

terinspirasi oleh seorang ibu "tetangga-ku" yang ditinggal merantau oleh suaminya. suatu hari dia bertamu ke rumah. dan aku mendapati dia duduk termenung di terasku. lalu kutuliskan kalimat di atas, sekedar menggambarkan arti matanya yang menerawang.

No comments:

SEPATU BOOTS DI LAHAN KOSONG