Saturday, June 15, 2019

(Gambar) Nasi Kuning


Waktu kecil, ibu sering membuat nasi kuning sebagai bekal ke sekolah terutama setelah ulangan kenaikan kelas. Biasanya pada hari kenaikan kelas, ada acara makan-makan dimana masing-masing murid membawa bekal dari rumah. 

Nasi kuning menjadi menu favoritku. Apalagi nasi kuning buatan ibu, sangat enak. Ibu dengan piawai mengolah beras putih menjadi nasi berwarna kuning yang terasa gurih dengan aroma yang khas. Diantara butir-butir nasi yang berwarna kuning itu ada irisan bawang dan irisan sereh yang sudah digoreng. Dua campuran itu berangkali yang membuat nasi kuning ibu terasa sangat enak. Selain itu, ibu selalu melengkapi nasi kuning tersebut dengan sambal tomat dan telur itik yang direbus.
Seiring waktu, aku mulai mengenal banyak makanan yang lain, sehingga perlahan aku tidak lagi begitu suka nasi kuning. Mungkin juga karena bukan lagi ibu yang memasaknya. Cita rasanya berbeda. 

Lidahku telah terbiasa dengan nasi kuning plus aroma bawang dan sereh goreng di tambah sambal tomat dan telur rebus. sehingga ketika aku tidak menemukan itu di nasi kuning, auto otakku aktif dan mengirim pesan ke idahku untuk berani mengucap bahwa nasi kuningnya tidak enak. Akhirnya jika makan di luar, aku berpikir untuk memilih nasi kuning di antara deratan menu-menu lain.
Namun dua malam lalu, aku tidak punya pilihan lain, hanya nasi kuning. Ceritanya malam itu ada rapat di kantor ditambah ada beberapa kerjaan yang belum selesai sehingga aku memutuskan menginap. Tidur di ruang kerja bukan hal yang baru bagiku. Ketika ada banyak kertas di atas meja, terkadang aku memilih menyelesaikannya ketimbang pulang tidur. 

Aku lalu meminta tolong teman untuk membeli nasi, mengingat besok aku mau berpuasa, sehingga merasa perlu untuk sahur. Sebenarnya yang kubayangkan adalah nasi putih, tapi ketika teman datang, malah dia membawa nasi kuning. Katanya warung pada tutup. Kebetulan waktu itu sudah menunjukkan angka 01.45 dini hari.

Aku lalu menerima bungkusan itu dan langsung membukanya. Hmmm sama sekali tidak ada aroma seperti aroma nasi kuning buatan ibu. Terlebih lagi pada saat memakannya, sama sekali tidak ada rasa sebagaimana nasi kuning buatan ibu yang terasa gurih dan beraroma wangi.
“Hmmm, gambar nasi kuning”, gumamku sambil terus mengunyah nasi tersebut. Aku tidak mampu memakan banyak, yah karena nasi yang berwarna kuning tersebut sama sekali tidak ada rasanya. Mungkin dimasaknya tidak pakai santan sebagaimana ibu memasak nasi kuning. Namun walaupun memakan gambar nasi kuning untuk sahur, aku tetap kuat berpuasa besoknya.

No comments:

SEPATU BOOTS DI LAHAN KOSONG