Monday, October 08, 2007

nabraK

Setiap senin pagi aku masuk kerja di tempat lain, yang berjarak 22 kilometer dari rumahku. Hari ini, seperti hari Senin yang lalu, aku menuju tempat kerja. Karena aku telat, maka aku ngebut. Kondisi jalan mendukung banget. Suasana agak sepi karena memang hari sudah agak siang. Sebagian orang sudah masuk kerja.
Jarak yang 22 kilo itu kadang kutempuh dalam waktu 30 menit, kadang kurang dari 30 menit, pokoknya tergantung dari laju motor.
Pagi tadi, aku ngebut lagi. Aku pengen tiba di kantor sebelum pukul 9. Aku berangkat dari rumah pukul setengah sembilan. Sepanjang jalan, aku membaca surat2 pendek, kadang juga aku bertasbih (selama bulan puasa kebiasaan mendengarkan mp4 dalam perjalanan ku-tiadakan)
Ketika jarak kantor sekitar 5 kilo, aku nabrak orang....................
Aku ngebut. Jalanan sepi ditambah kondisi jalanan yang baru aja di perbaiki, ditambah aku buru2......
Tiba-tiba seorang kakek yang bersepeda, berbelok kekanan, memotong di depanku, tanpa memberi tanda sebelumnya. Bahkan kakek itu tidak menoleh sebelum berbelok, padahal dari belakang aku sudah lihat kakek itu lagi asyik mengayuh sepedanya. Tapi dia berbelok dengan tiba-tiba, tanpa menunjukkan tanda2.
Secepatnya aku menginjak rem. Tapi namanya ngebut, tetap aja ban belakangnya kutabrak. Berikutnya kakek dan sepedanya tergeletak di jalan raya. Untungnya aku tidak sampai jatuh, hanya motorku oleng ke kiri, setelah berhasil menguasai motor, aku menoleh ke sang kakek. Duch dia masih tergeletak disamping sepedanya.
Aku parkir motor lalu mendekatinya. Alhamdulillah dia bisa bangun sendiri. Aku tanya bagian mana yang sakit, dia bilang ga ada. Bahkan dia memintaku segera pergi, karena takut ada Polantas yang lewat, kan jadi ribet nantinya.
Setelah aku yakin dia tidak apa2, aku beranjak pergi. Tanpa sengaja mataku melihat pelg sepedanya. Ya ampun pelg itu sudah tidak berbentuk O lagi, tapi hampir menyerupai hurur Q. Otomatis sepeda itu tidak bisa berjalan, bang belakangnya tidak bisa berputar. Duch...!
'Pergi aja nak, ini tidak apa2. Kata sang kakek. Sementara orang2 sudah berdatangan mengerumuni kami.
'Sepedanya harus diperbaiki, Pak, ini rusak', ujarku menunjuk ban belakangnya.
'Tidak apa2,' katanya lagi.
Beberapa orang yang berkerumun juga mengatakan hal yang sama, bahwa sepeda dan kakek itu tidak apa2.
'Pak, aku minta maaf, yach, sepedanya di perbaiki aja, kataku sambil memasukkan uang secukupnya ke tangannya.
'Aduh.... tidak usah nak, sepedanya tidak apa2,' halus dia tolak pemberianku.
'Tidak apa2, ambil saja, Pak',kukembalikan uang itu.
Kemudian aku pergi setelah meminta maaf berkali-kali kepada sang kakek juga kepada orang2 yang datang menolong kakek itu.
Duch semoga ga nabrak lagi dech.

No comments:

SEPATU BOOTS DI LAHAN KOSONG