Saturday, October 06, 2007

bisakaH jujuR padA diRi sendiRi...?

sadarkah kita akan semua ucapan dan tindakan, kelak harus di pertanggungjawabkan di hadapanNya?...


Jika bisa sadar setiap saat maka segala omongan dan tindakan akan terkontrol dengan baik. Segala omongan yang telah kita lepaskan setidaknya tidak kita ingkari beberapa saat kemudian serta segala tindakan yang kita lakukan tidak akan kita sangkal beberapa menit sesudahnya.


Aku agak bingung dengan apa yang aku alami kemarin. Salah seorang teman meminta bantuan aku untuk menjadi penengah atau tepatnya penyambung kata kepada teman yang lain. Sebutlah teman yang meminta tolong itu A. A meminta aku menyampaikan sesuatu hal kepada Z.


Kronologis.......
Sekitar 10 menit sebelum menemui aku, A menerima panggilan di ponselnya dari sebuah nomor yang dia tidak kenal. Menurut A, dia lupa-lupa ingat akan nomor itu. Kemudian A menemui aku untuk mencari tahu siapa pemilik nomor tersebut.
A muncul di pintuku. Seperti biasa aku menyapanya halo bro. Dia membalas halo-ku tidak seperti biasanya. Mukanya cemberut. A kemudian meminta HP-ku.


'Aku ingin mencocokkan nomor, ntah siapa yang call. Dia call aku semalam,' ucap A sambil menunjukkan HPnya ke aku.
'Trus barusan dia call lagi, giliran aku angkat aku mendengar suara ........, tapi dia langsung tutup, apa sich maunya orang itu?' Lanjut A kesal.


Sekali lirik saja aku tau kalo itu nomor Z. Tapi aku biarkan A men- cek nomor itu di HP-ku.
Ahhh bakal ada masalah nich..., setahuku A tidak sudi di call oleh Z. Semua itu berawal dari kesapalahpahaman yang terjadi pada awal tahun.


'Ternyata dugaanku benar. Apa sih maunya si Z? Aku kan sudah minta dia hapus nomorku. Kenapa sekarang dia masih call2 aku?' gerutu A.


Kemudian ada banyak kalimat yang dikeluarkan A. Intinya ungkapan kekesalan dan ketidaksukaan-nya akan tindakan Z. Tidak ketinggalan ungkapan kemarahan dan niatnya untuk melabrak Z jika Z masih juga menghubungi nomornya.


Mendengar itu, aku berusaha menenangkan A. Aku bilang masih ada banyak jalan untuk menyelesaikan malasah ini. Apalagi cuma menyampaikan ke Z agar tidak menghubungi nomor A lagi, tidaklah sulit.


Mendengar kalimatku, A kemudian meminta tolong ke aku untuk menemui Z, menyampaikan agar Z tidak usah menelpon A lagi.
Aku setuju. Aku janji sore itu juga menemui Z. Sayangnya rencana sore itu batal, karena ada beberapa hal yang jadi penghalang.


Kemudian kemarin pagi, aku mencari Z di ruangannya. Setelah ngobrol ringan beberapa hal, aku sampaikan maksud kedatanganku. Dengan hati2 sekali tentunya. Dengan permohonan maaf sebelumnya.


Seperti yang sudah kuduga sebelumnya, si Z menyangkal. Dia tidak sekalipun menelpon A pada jam yang aku sebutkan.
'Lho, trus sapa yang nelpon? disitu jelas tertera nomormu, 08135xxxxx75. Jamnya juga jelas. Yang satu pukul 23 lewat sekian, yang satu lagi pukul 15 lewat sekian,'tuturku.


'Pokoknya bukan aku', kukuh Z menolak.
Diserta beberapa alibi yang (mungkin) dia harapkan bisa menguatkan sangkalannya.
HP dipegang teman, HP sama teman adik, adalah alibi Z.


Aku terhenyak.
Aku menemui Z bukan untuk mencari kebenaran dia menelpon atau tidak. Aku hanya ingin menyampaikan agar Z (agar nomor HP Z) jangan lagi masuk di receive call HP A. Karena A sangat tidak suka akan hal A. A sangat tidak suka sekali dengan hal itu.


Kuharap Z bisa mengerti. Z tidak perlu jujur kepadaku atau kepada siapapun tentang nomor HP yang masuk di receive call HP A, cukuplah dia jujur kepada dirinya sendiri.
Z atau teman Z atau teman adik Z yang menelpon nomor A dari HP Z???? Hanya Z yang tahu. Kuharap Z bisa jujur kepada dirinya sendiri.

No comments:

SEPATU BOOTS DI LAHAN KOSONG