Monday, April 08, 2019

Bersedekah di Café


Bersedekah di kafe, bersenang-senang sambil berbagi.
Apa alasan utama orang mengunjungi kafe?
Menurutku, yang pertama karena lapar dan ingin makan dalam suasana santai, boleh juga karena ada janji dengan teman dan ingin ngobrol dengan suasana yang lebih rileks. Mungkin karena lagi suntuk di rumah. Pernahkah terpikirkan kita ke kafe karena ingin berbagi?

Ada satu terobosan baru yang kudapatkan ketika nongkrong di kafe yang dikelola ponakan waktu pulang kampung kemarin. Dan itu cukup menjadi alasan untuk memberinya acungan jempol. Bermula dari kaleng kecil yang ada di mejaku. Awalnya aku tidak begitu memperhatikan kaleng apa, untuk apa. Sembari ngobrol dan menikmati hidangan, mataku kemudian fokus pada kaleng tersebut. Dan aku membaca tulisan Sedekah Dhuafa.

Spontan aku mengambil kaleng tersebut dan mengamati semua tulisannya. Sedekah Dhuafa, pundi sedekah, bukan pundi biasa, ayo sedekah dan lain-lain, tulisan yang intinya mengajak kita untuk berbagi. Lalu aku mendengar gemerincing saat menggoyangkan kaleng. Berarti di dalamnya ada koin lebih dari satu. Mungkin banyak, karena kalengnya terasa agak berat. Serta merta aku menyapu pandang meja-meja di kafe tersebut. Ternyata di setiap meja ada satu celengan yang serupa dengan yang kupegang.

Aku berdecak kagum. Ini salah satu terobosan yang baru. Atau mungkin aku yang jarang ke kafe? Entahlah. Tapi dari sekian banyak kafe yang telah aku kunjungi, baru di sinilah aku mendapatkan celengan buat bersedekah yang diletakkan di semua meja. Biasanya hanya ada kotak amal yang diletakkan di dekat pintu masuk ataupun di dekat kasir.
Ini sebuah langkah yang bagus, yang memudahkan kita untuk melakukan kebaikan. Walaupun mungkin nilainya kecil, tapi bukankah kebaikan yang kita lakukan tidak diukur dari besar dan kecilnya?

Terkadang mungkin kita ingin berbagi ( memberi bantuan/ sumbangan) tapi terkendala karena tidak tahu mau masukkan di mana, atau malu karena jumlahnya tidak seberapa. Dengan adanya kaleng celengan di meja-meja kafe ini bisa mengatasi hal tersebut.
Menurut Wawan, sang ponakan, kaleng-kaleng itu diambil sekali sebulan oleh pengelolalnya, ditukar dengan kaleng baru. 

Terkadang dalam membayar, ada pelanggan kafe yang tidak mengambil kembalian uangnya dan oleh kasir di kafe tersebut dimasukkan ke dalam kaleng. Dan bisa jadi saat pelanggan duduk menikmati pesanan tangannya tergerak juga untuk memasukkan lembaran rupiah ataupun koin rupiah.

Ayo berbagi,
ayo ke Green Cafe, Jalan Sukawati Watampone

No comments:

SEPATU BOOTS DI LAHAN KOSONG