Bahkah pada saat tidurpun aku masih
melakukan perjalanan. Terkadang dalam perjalanan tersebut menemui hal-hal yang
tidak masuk akal.
*****
Kami bersama-sama meninggalkan
ruang pertemuan. Berjalan bergerombol sambil bercanda. Setelah seharian duduk
rasanya sangat senang bisa berjalan sambil bercanda. Sedianya kami akan kembali
ke penginapan. Namun seorang teman mengajak kami untuk melihat-lihat beberapa
tempat di kota besar ini. Ya kami berada di Jakarta.
Sebelum meninggalkan gedung
pertemuan itu, aku pamit sama teman-teman untuk ke toilet. Beberapa dari kami
juga menuju toilet. Ada sekitar 5 orang yang ke toilet termasuk aku. Tiga orang
diantaranya cowok. Aku jelas melihat Jusman ke tolilet juga. Tapi kenapa begitu
keluar toilet tidak satupun teman yang aku lihat? Entah aku yang kelamaan di
toilet atau teman-teman tidak mendengar ketika aku pamit? Ketika keluar dari
toilet, tidak satupun temanku yang kulihat. Padahal tadi kami ada ber-lima
belas atau tujuh belas.
Aku mencari-cari mereka di sekitar
gedung tinggi itu. Suasana masih ramai, namun tidak ada satupun yang aku kenal.
Hmm begitu cepat teman-teman pergi? Tapi mereka kemana? Mengapa sampai
meninggalkan aku? Atau mereka tidak menyadari bahwa aku belum ada dalam
rombongan?
Setelah hampir memutari area gedung
dan tidak menemukan satu orang teman pun, aku memutuskan menyusuri jalan keluar
yang ada di samping gedung. Aku memutuskan berjalan kaki. Entah kenapa pula aku
yakin bahwa teman-teman ada di depan dan juga berjalan kaki.
Kiri kanan jalan sepi. Aku berpapasan
dengan beberapa pengguna jalan yang menggunakan sepeda motor maupun mobil. Hanya
aku yang berjalan kaki.
Tiba-tiba jalanan di depanku
menanjak terjal. Sangat terjal. Aku hampir tidak percaya demi melihat jalanan
yang berdiri serupa dinding. Kemiringan sembilan puluh derajat.
Aku meneruskan langkah. Bukan lagi
melangkah tapi tepatnya aku mendaki jalanan aspal itu. Bagaimana mungkin ada
jalan sepeti ini, pikirku sambil tetap berusaha meneruskan perjalanan. Alhamdulillah
aku berhasil melewati jalan terjal tersebut. Hanya saja HPku hampir jatuh. Untung
kemudian berhasil memindahkan HP dari
saku ke mulutku. Ya aku menggigit HP sambil mendaki jalan tersebut.
Begitu tiba di puncak jalan,
seorang bapak yang mengendarai sepeda motor warna merah kesulitan menurunkan
motornya. Kami tadi berlawanan arah. Dia meminta aku membantunya menurunkan
motor tersebut. Sambil memegang setir motornya, aku memandang jalanan di bawah
yang baru saja kutinggalkan dengan perasaan takut jatuh. Aku ingin membantunya,
tapi di sisi lain aku takut semakin tertinggal dari teman-teman.
Aku masih mematung memegang motor
tersebut ketika tiba-tiba terdengar adzan.
Aku terbangun.
*****
Mimpi semalam,
Aku terbangun saat adzan subuh
berkumandan.
No comments:
Post a Comment