Friday, September 13, 2019

Sebuah Perjalanan


Bahkah pada saat tidurpun aku masih melakukan perjalanan. Terkadang dalam perjalanan tersebut menemui hal-hal yang tidak masuk akal.
*****
Kami bersama-sama meninggalkan ruang pertemuan. Berjalan bergerombol sambil bercanda. Setelah seharian duduk rasanya sangat senang bisa berjalan sambil bercanda. Sedianya kami akan kembali ke penginapan. Namun seorang teman mengajak kami untuk melihat-lihat beberapa tempat di kota besar ini. Ya kami berada di Jakarta.

Sebelum meninggalkan gedung pertemuan itu, aku pamit sama teman-teman untuk ke toilet. Beberapa dari kami juga menuju toilet. Ada sekitar 5 orang yang ke toilet termasuk aku. Tiga orang diantaranya cowok. Aku jelas melihat Jusman ke tolilet juga. Tapi kenapa begitu keluar toilet tidak satupun teman yang aku lihat? Entah aku yang kelamaan di toilet atau teman-teman tidak mendengar ketika aku pamit? Ketika keluar dari toilet, tidak satupun temanku yang kulihat. Padahal tadi kami ada ber-lima belas atau tujuh belas. 

Aku mencari-cari mereka di sekitar gedung tinggi itu. Suasana masih ramai, namun tidak ada satupun yang aku kenal. Hmm begitu cepat teman-teman pergi? Tapi mereka kemana? Mengapa sampai meninggalkan aku? Atau mereka tidak menyadari bahwa aku belum ada dalam rombongan?
Setelah hampir memutari area gedung dan tidak menemukan satu orang teman pun, aku memutuskan menyusuri jalan keluar yang ada di samping gedung. Aku memutuskan berjalan kaki. Entah kenapa pula aku yakin bahwa teman-teman ada di depan dan juga berjalan kaki.

Kiri kanan jalan sepi. Aku berpapasan dengan beberapa pengguna jalan yang menggunakan sepeda motor maupun mobil. Hanya aku yang berjalan kaki.
Tiba-tiba jalanan di depanku menanjak terjal. Sangat terjal. Aku hampir tidak percaya demi melihat jalanan yang berdiri serupa dinding. Kemiringan sembilan puluh derajat. 

Aku meneruskan langkah. Bukan lagi melangkah tapi tepatnya aku mendaki jalanan aspal itu. Bagaimana mungkin ada jalan sepeti ini, pikirku sambil tetap berusaha meneruskan perjalanan. Alhamdulillah aku berhasil melewati jalan terjal tersebut. Hanya saja HPku hampir jatuh. Untung kemudian berhasil memindahkan HP  dari saku ke mulutku. Ya aku menggigit HP sambil mendaki jalan tersebut.

Begitu tiba di puncak jalan, seorang bapak yang mengendarai sepeda motor warna merah kesulitan menurunkan motornya. Kami tadi berlawanan arah. Dia meminta aku membantunya menurunkan motor tersebut. Sambil memegang setir motornya, aku memandang jalanan di bawah yang baru saja kutinggalkan dengan perasaan takut jatuh. Aku ingin membantunya, tapi di sisi lain aku takut semakin tertinggal dari teman-teman.
Aku masih mematung memegang motor tersebut ketika tiba-tiba terdengar adzan.
Aku terbangun.

*****

Mimpi semalam,
Aku terbangun saat adzan subuh berkumandan.

No comments:

SEPATU BOOTS DI LAHAN KOSONG